Sunday, August 26, 2012

DROWNING


Pada serpihan yang kau tinggalkan
Aku tetap utuh

Tenggelamlah kau bersama dendam
Yang kan menghantuimu tiap malam

Maka merataplah, sayang..
Karena aku terlalu sulit untuk kau bunuh


Ruang Hitam, 26 Agustus 2012

Monday, July 30, 2012

RAJAWALI


Terbang..
Terbanglah ke mana saja yang kau mau
Menukiklah..
Bidik, terkam, lalu cengkeramlah mangsamu
Bentangkan..
Sayap-sayap pesonamu peluk bahu para pemburu
Hinggap..
Hinggaplah di gumpalan mega yang ganas menggulung nafsu

Reguklah air dari sumur-sumur neraka
Yang hingga kini masih saja kau lihat sebagai mata air surga
Sarang kan coba menanti
Saat nafas membawamu kembali

Karena yang tercatat dalam Lauh Mahfudz 
Takkan pernah bisa terhapus 

Pondok Pinang, 30 Juli 2012

Friday, June 29, 2012

PULANG




perang itu tlah usai
dan aku pun pulang
tidak dengan langkah gontai
namun dengan hati lapang

bendera putih dikibarkan
biarkan mereka tertawa dalam kemenangan
hingga sampai pada titik kesadaran
bahwa yang didapat hanyalah sebuah kehampaan


Pondok Pinang, 29 Juni 2012
..menjelang hijrah..

Tuesday, June 12, 2012

DREAM COME TRUE, PART 1

Kemarin siang, saya seperti merasakan sebuah ecstacy yang luar biasa. Antara sadar dan tidak. Melihat tumpukan buku sebanyak 1000 eksemplar, pin yang akan saya bagikan sebagai tanda terima kasih untuk 500 orang pertama yang sudah berkenan mengapresiasi buku saya, juga surat jalan pengambilan buku yang siap saya tanda tangani. 


Saya sampai bilang begini ke mas Oki Putra dari Hi-fest Group, yang selama ini sangat membantu saya. "Mas, kalau saya anak kecil, pasti saya sudah jingkrak-jingkrak sekarang ini." Mas Oki pun  ikut tertawa bersama saya. Hmm..., endorphin pun langsung naik ke kepala saya, membuat nyaman seluruh tubuh saya. Rasa lelah yang mendera saya belakangan ini karena sibuk mengurus kepindahan kami sekeluarga ke Jogja dan juga persiapan peluncuran buku pun langsung hilang oleh hawa sumringah yang menyelimuti hati saya siang itu.

*****

Minggu ini, waktu pada akhirnya mengantarkan saya memasuki babak baru dalam proses hidup saya. Proses yang sungguh saya nikmati betul setiap bagiannya. Hasil pada akhirnya memang akan didapatkan, tapi bukan menjadi tujuan. Paling tidak, buku ini menjadi jawaban yang saya berikan kepada orang tua saya yang beberapa tahun belakangan ini mempertanyakan langkah saya beralih ke 'dunia lain' yang selama ini belum bisa mereka mengerti, karena sayapun tidak banyak bicara untuk membuat mereka mau mengerti. Hanya dalam hati saya yakin, suatu hari nanti saya akan memberikan bukti. Dan alhamdulillah, inilah saatnya.

Niat baik, insya Allah akan diamini oleh semesta raya. Itu saya rasakan betul. Begitu banyak orang-orang yang membantu saya dalam proses terwujudnya mimpi saya ini. Terutama nanti pada saat launching, di mana saya benar-benar sangat bersyukur menjadi bagian dari sebuah komunitas yang sangat mengedepankan asas kebersamaan seperti Komunitas Pecinta Seni dan Sastra Indonesia (KPSI). Semoga, momentum launching buku saya nanti menjadi rantai yang makin mempererat persaudaraan kami. Juga hasil penjualan buku ini, bisa menjadi amal kita bersama dalam membantu saudara-saudara kita yang terkena schizophrenia syndrome. Semoga Tuhan memberkati.

Bersama ini, saya mengundang teman-teman untuk berbagi kebahagiaan dengan saya dan keluarga besar KPSI dalam acara peluncuran buku saya tanggal 17 Juni 2012 nanti, mulai pukul 5 sore, di Museum Layang-layang, Jl. H. Kamang No. 38 Pondok Labu Jakarta Selatan. Silakan datang beramai-ramai. Kami tunggu kehadirannya


Friday, June 1, 2012

BERAWAL DARI MIMPI


Saat ini saya sedang bahagia. Sangat bahagia. Akhirnya, apa yang saya impikan dan perjuangkan selama hampir 3 tahun ini, hampir mendekati kenyataan. Setelah melewati begitu banyak rintangan.

Beberapa tahun lalu, tulisan-tulisan saya hanya teronggok di sebuah secret blog, di mana hanya teman-teman terdekat saya saja yang bisa mengaksesnya. Pada dasarnya memang saya seorang yang introvert, sehingga lebih suka mengungkapkan pemikiran-pemikiran saya yang saya sadari cenderung abnormal dan sulit dimengerti oleh orang awam, ke dalam tulisan. Saat itu saya masih 'berprofesi' sebagai bakul kue online, yang memasarkan produk-produknya melalui sebuah situs pertemanan di Multiply.

Hingga pada suatu hari, teman saya Dini, pemilik La Difa Cookies, menyeret saya ke pusaran dunia sastra (dan setelah itu dia malah kabur begitu saja ke dunia pelayaran,hahaaa..sial kau,Din..). Dia mendaftarkan saya untuk belajar menulis di Sekolah-Menulis Online milik mas Jonru Ginting, yang saat itu hendak mengadakan workshop tentang dunia penulisan di sebuah hotel di kawasan Tebet. Kalau tidak salah, kejadiannya sekitar bulan Januari 2010. Dari sanalah saya mengenal mas Epri Tsaqib yang kemudian memperkenalkan saya dengan Komunitas Mata Aksara, Sastra Reboan, dan teman-teman lainnya yang memberikan 'nafas baru' bagi perkembangan gaya penulisan saya.

Sejak memutuskan untuk beralih jalur ke dunia tulis menulis, saya membuat sebuah dream blog, di mana isinya hanya saya dan Tuhan yang tahu. Saya rancang apa yang saya mau di sana, dan membiarkan waktu membuktikan pada masanya, apakah Ia mengabulkan permintaan saya atau tidak. Alhamdulillah, 1 demi 1 apa yang saya tulis di sana terlaksana. Hampir bersamaan dengan terbitnya buku saya, sebulan kemudian saya pun kembali ke kota tempat saya menghabiskan masa kecil saya, seperti yang saya tulis di blog saya tersebut. Kota yang saya rancang menjadi tempat saya menghabiskan sisa hidup saya, dengan segala kemampuan yang saya punya. Yogyakarta.

Ada sebuah tempat yang selalu saya rindukan di sana. Sebuah tepi jurang di Kaliurang, dengan dataran berumput tempat dulu saya sering menghabiskan waktu dengan duduk melamun sendirian hingga hampir petang, saat perasaan saya sedang tidak nyaman. Ke sanalah saya selalu 'pergi' dengan pikiran saya, tiap kali saya sedang merasakan hal yang sama. Dan dalam bulan depan, insya Allah saya tidak lagi hanya membayangkan tempat itu, tapi bisa dengan mudah mencapainya.

Tuhan memang sangat sayang kepada saya. Selalu memberikan apa yang saya minta, walaupun sering Ia melatih saya supaya bisa lebih bersabar agar saya mendapatkan yang terbaik, seperti yang Ia mau. Sungguh, saya merasa begitu 'kaya' sekarang ini. Memiliki anak-anak yang men-support saya dengan pengertian mereka yang sangat luar biasa, bisa mewujudkan mimpi saya menjadi penulis dan 'penyanyi dadakan' seperti yang saya inginkan saat saya kecil dulu, walaupun dengan suara pas-pasan Paling tidak, saya tidak akan mati penasaran meskipun nanti ini mungkin menjadi 1-1-nya karya saya yang terpublikasi dalam bentuk buku. Namun semoga saja tidak. Semoga saja masih ada dan masih banyak lagi yang akan saya tulis nanti, yang akan memberikan manfaat yang jauh lebih baik dari 'tulisan gak penting' di buku pertama ini. Semoga kali ini, Tuhan kembali mengabulkan permintaan saya   

Kini, ijinkan saya mempersembahkan karya pertama saya ini yang tentu saya masih jauh dari sempurna. Sebuah buku yang menyelamatkan saya dari schizophrenia syndrome dan menjadi self healing serta penyeimbang mental saya, sehingga saya bisa tetap bersikap 'normal' di tengah 'ketidakwarasan' saya. Semoga 'cara sesat' saya ini bisa diambil hikmahnya. 



Buku Antologi Cerpen Tunggal "Maaf... Kupinjam Suamimu Semalam" ini, insya Allah akan diluncurkan secara resmi pada tanggal 17 Juni 2012 di Musium Layang-layang, Jalan H. Kamang No. 38 Pondok Labu Jakarta Selatan, mulai dari jam 5 sore. Silakan teman-teman semua datang untuk bersama-sama dengan saya berbagi kebahagiaan kecil saya ini. Saya tunggu kedatangannya.


Note :
Acara ini akan berbarengan dengan acara rutin komunitas yang selama ini sangat mendukung proses kreativitas saya, Komunitas Pecinta Seni dan Sastra Indonesia (KPSI). Terima kasih yang tidak terhingga kepada semua teman-teman saya yang tergabung di komunitas ini. Juga kepada mami Endang Layangan, Hifest Publishing, Kinomedia Writer Academy. Tak lupa kepada mbak Ati Kamil, mas Jodhi Yudono dan mas Amir Roez serta kak Nana Bayek dan kak Kiki Fikri yang sudah membantu saya di bagian musiknya, mas Bagus Utomo dan mbak Tika Prasetiawati dari Komunitas Peduli Schizophrenia Indonesia (KPSI) yang juga telah membantu menguatkan hati saya untuk akhirnya berani mem-publish buku ini setelah sebelumnya sempat ragu. Special thanks juga untuk my brader Billy Nasution, atas kesabarannya selama ini mendampingi saya di setiap masa sulit saya (sori ye..udah selalu jadiin lo 'tempat muntahan' gw,hahaaa..)

Last but not least, buku ini tak akan ada tanpa ridho kedua orang tua saya dan juga kedua anak saya, Naufal Fadhilla dan Zakia Aura Fajriana. Love you all...  

~n' 4 u too..who gave me those wonderful kids..thanks a lot..~



Monday, May 28, 2012

PUISI-PUISI SAYA DI GEMA PUBLIK


Ada yang terlewat dari catatan saya. Sudah terpikir untuk saya tulis, namun karena tertunda menjadi terlupakan begitu saja. Padahal ini kejadian penting dalam perjalanan 'karir' saya sebagai seorang penulis.

Untuk pertama kalinya, karya saya dimuat di sebuah media massa. Mas Da Dan dari tabloid Gema Publik yang berbasis di Banten, akhirnya berkenan memberikan apresiasi terhadap beberapa puisi yang saya muat di dalam blog ini dengan meminta secara pribadi melalui inbox akun FB saya.

Tentu saja saya dengan senang hati memberikan puisi-puisi saya. Bagaimana tidak, sangking putus asa karena karya-karya yang saya kirimkan ke berbagai media massa selalu ditolak, akhirnya saya memutuskan untuk menerbitkan buku kumpulan cerpen saya secara indie. Memang perlu waktu dalam mengumpulkan dana yang tidak sedikit dalam mewujudkan impian saya ini, tapi alhamdulillah jalan menuju ke sana kini makin terbuka.

4 puisi saya, yaitu Jalan Surga Di Balik KelamKita, Mawar Terakhir dan Keakuan, menjadi pilihan mas Da Dan untuk dipajang di halaman terakhir rubrik Sastra dan Bahasa di tabloid tersebut pada akhir bulan Maret 2012 lalu.

Terima kasih mas Da Dan... Semoga tabloid Gema Publik makin diterima oleh masyarakat Banten dan bisa selalu menjadi wadah bagi apresiasi sastra Indonesia 


P.S. Ada tambahan. Ternyata karya saya yang lain bulan ini dimuat lagi Yang dapat giliran kali ini prosa pendek Percakapan Ibu dan Anaknya, ditambah 2 puisi : Kematian dan Deja Vu. Alhamdulillah... Terima kasih sekali lagi ya mas Da Dan...




Saturday, May 26, 2012

UNTUK TUANKU YANG BUDIMAN



Aku memang lontemu 
Budak nafsumu 
Pemuas birahimu 

Tapi sadarkah kau.. 

Aku bukan barang 
Tak ingin diperlakukan sembarang 
Punya perasaan 
Perih hanya dianggap mainan 

Inginku kau gerayangi perhatianmu 
Bukan hanya kau remas bukit indahku 
Beriku kehangatan rasa 
Tak hanya kau dulang jurang nikmatku saja 

Lembaran-lembaran rupiah 
Kau taruh di sisi ranjang 
Itukah yang kau pikir ku butuhkan..?? 

TIDAK..!! 
BUKAN ITU..!! 

Ku rindu kau belai sukmaku 
Mengiring sentuhan tanganmu di kulitku 
Ku haus kau senggamai hatiku 
Saat sinkronkan tubuhku dengan tubuhmu 

Kecup mesra harga diri 
Endapkan nyaman di batin Tak merasa cuma menjadi mesin 
Tergapainya puncak sensasi dan fantasi 

Pasrahku 
Dalam kangkangan kuasamu 
Jika kau sanggup lakukan itu 


Kelapa Dua, September 2009

Saturday, May 12, 2012

KEMATIAN



Kita harus berhenti di sini 
Rehat untuk tuju arah berbeda 
Kau ke kiri, aku ke kanan 
Berjalan, entah adakah tujuan 

Sampai pada satu titik 
Yang mungkin kan memaksamu kembali 
Mencari 
Atau menemukanku lagi 

Dan saat itulah 
Kematian datang padamu 

Terkulai 
Dalam pelukku 


Pondok Pinang, 12 Mei 2012

Monday, April 23, 2012

DEJA VU


Kutatap, mata itu
Menelusur kalbu
Coba gali yang tersembunyi
Apa yang ada dalam hati

Hangat, rengkuhan itu
Ada nyaman yang selama ini hilang
Terbang bersama bayang
Membungkus selimuti rindu

Kurasa, sentuhan itu
Mendesir
Menjalar di selapis tipis bawah kulitku
Bagai sebuah ritme yang pelan mengalir

Karma mencinta jiwa-jiwa petualang
Punya biasa tambat hati lalu lukai dengan jalang
Bawa melayang jauh ke awang
Lalu hempas keras ke dasar jurang

Ikrar kupegang kencang
Walau masih jadi bayangan
Jika ini memang bodohnya khayalan
Cepat kunanti sadarku datang


Ruang Hitam Putih, 23 April 2012
..untuk satu memoar tak terlupakan..

Saturday, April 7, 2012

FLEETING SOUL


Fly…fly away… 
Far…far away… 
The believe that still be saved in my deepest heart 
The crave that still flush in my soul 

Wish You 
Drop the ease with Your Love 
Quench the thirst with Your Touch 
Keep me safe with Your Care 

Can’t leave 
Guilty feeling that push me into the bloody pain 
Ball of sins that trap me back to the blackest past 
Lingers me 
From the chance of a better life 
From the raise of a higher step 
From the move of a grower mind 

Distracted 
Disordered 
Empty 
Dying 
Worthless 
Breathless 
Numb 
Dumb 

Fatigue, but couldn’t sleep 
Weak, but have to fight 
Faint, like almost dead 

So tired being here 
But can’t go anywhere 
Like a prisoner 
Being caged in the jail 
Hope not forever 

All things look untruth 
Clapped me to the bluff ruin 
And it seems too late 
Moving back from the fact 


Purple Room, June 9, 2010 
..in the deepest madness..

Friday, April 6, 2012

POLIGAMI


Perempuan ditakdirkan mulia
Hanya untuk satu laki-laki saja

Tapi laki-laki ditawarkan menjadi murahan
Jika mau dibagi untuk empat perempuan


Kelapa Dua, 13 Maret 2011

Thursday, April 5, 2012

ADA DI MANA-MANA



..kau.. 

Mengawasiku tiap detik 
Buat aku tak berkutik 
Bulu kudukku sampai bergidik 
Ketakutan untuk melirik 
Padahal aku sangat suka pada sesuatu yang menarik 

Seperti hampir gila kurasa 
Melihat bayanganmu ada di mana-mana 
Terpajang di dinding kamarku 
Terpampang di billboard-billboard pinggir jalan 
Berpose di etalase-etalase toko 
Menyamar di kepala-kepala mereka 
Ada di mata-mata yang menatapku 
Bahkan di bibir-bibir yang menciumku 
Di tangan-tangan yang menjamahku 
Hingga di kakus yang jadi tempat buangan hajatku 
Kau tetap mengikuti aku 


Kamar Ungu, 29 Juni 2010
..tuhan..hantu..??


 ~Picture's taken from here~

Monday, April 2, 2012

SEBATANG ROKOK DI KALA HUJAN


Rinai hujan mengguyur halaman depan 
Menambah dingin tubuh yang kelaparan 

Secangkir kopi susu terhidang di meja 
Namun sebatang rokokpun tak lagi tersisa 

Andai kau ada 
Mungkin aku tak butuh lagi menghisapnya 


Kamar Ungu, 20 Maret 2011 


~photo's taken by Pratiwi Setyaningrum~

Thursday, March 15, 2012

SALAM UNTUK KEMATIAN


Kepada kematian yang semakin mendekat
Kuucap salam
Dan tolong, tunda dulu ajak aku berangkat
Usai bisa kuhapus jelaga yang menghitam


Ruang Sunyi, 15 Maret 2011
..happy birthday to me..

Ilustrasi Musik : Jodhi Yudono 
Puisi yang Dimusikalisasikan : Doa - Chairil Anwar

Thursday, March 1, 2012

BINTANG DALAM SEBUAH HATI


Hari ini menjadi hari yang penuh emosi. Segala rasa bercampur aduk dalam dada, amati tiap kejadian yang terihat di mata. Marah, sedih, bingung, senang, gemas, kecewa, bahagia. Semua seakan berlomba, bergantian mengisi hati, hingga akhirnya mencapai titik kulminasi dan menjadi datar. Hambar. Gamang. Berujung pada kematian rasa. Dingin. Memadat. Beku. 

Serasa ada godam berkali-kali pukuli kepala. Serasa ada belati yang mengoyak-ngoyak hati. Serasa ada suntikan jarum menyedot darah hingga ke sumsum. Sakit..?? Lemas..?? Tidak..!! Terlalu terbiasa alami ini. Hingga akhirnya hanya tinggal tawa sumbang terdengar dari mulutnya, di sela teriakan kecil seiring tangisan yang sempat tlah tak terbendung lagi. 

Nanar, mata redup itu memandang tak tentu arah. Entah apa yang dicari. Mungkin coba temukan jawaban, atas segala pertanyaan yang menyeruak di kepala. Sia-sia. Hanya diam, tak ada suara yang terdengar. Ditatapnya langit. Gelap. Hitam pekat. Tak ada satupun bintang yang bersinar, seperti ditelan oleh kelamnya malam. Pertandakah matinya segala asa dan angan..?? 

Wajah muram tanpa ekspresi itu menggelengkan kepalanya berkali-kali. Tak mau biarkan mimpi-mimpi yang terangkai indah dan sudah ia susun dengan terprogram rapi menjadi tak berarti. Lalu tiba-tiba ia tersadar akan kesalahannya. Fatal, kesalahan itu. 

Begitu sibuknya ia melihat dunia luar, yang kasat mata terlihat penuh warna dan corak. Namun sebenarnya, saat ia amati dengan seksama, semuanya itu hanya kosong. Polos. Seperti kertas putih tanpa tulisan. Bagai ruang hampa, tanpa udara. 

Tersenyum dia akhirnya. Mulai mengerti ke mana ia harus mencari. Bukan di luar, namun di dalam. Matanya kemudian terpejam. Coba selami hingga ke dasar. Selang beberapa waktu kemudian iapun terpingkal-pingkal sendirian, menyadari betapa tololnya ia selama ini. Ternyata tak perlu terlalu jauh untuk mencari penerang jiwa. Sebab, di ujung perenungannya kini ia baru mengerti, jika cahaya itu ternyata sudah ia miliki sejak dini. Cahaya bintang. Bukan di langit, yang membuatnya tengadah menerawang. Namun di sini, di bilik hatinya sendiri.

Dan tiba-tiba petirpun menggelegar. Langit seperti mengiyakan. Disusul dengan hujan besar. Waktu  yang menurut firman sangat tepat bagi diijabahnya segala pengharapan.


..dini hari..di duapertiga malam..

Sunday, February 26, 2012

BERAKHIR DI JOGJA


Di kaki Merapi 
Kubayangkan semua berujung 
Berbalur hawa sejuk dingin 
Dengan kau sebagai penghangatku 

Dan di sanalah, sayang..
Kita kan terkubur dalam satu lubang 


 ..lebur dalam khayal..
..di tengah kantuk yang tak kunjung datang..

Friday, February 24, 2012

KALA RAGA TERPISAH


Tak pernah kupandang kasat dirimu
Menerawang dalam dimensi semu

Tak bisa kusentuh
Tak bisa kudekap
Tak bisa kucium
Namun meraga sukma

Menyusup auraku sinkron auramu
Melukis lekuk tubuhku di tempurung benakmu
Memahat paras tegasmu hiasi relief imajiku
Biar jasad tak mungkin berpadu

Suatu waktu
Jika reinkarnasi berlaku
Bilakah kita kan menyatu
Di sebuah melodrama yang berpihak padaku


Kamar Ungu, 17 Juli 2010

Wednesday, February 22, 2012

LENYAP DALAM SENYAP

Biarkan lenyap
Bersama kepulan asap
Segala harap
Yang dipaksa terbekap
Tertelan senyap


Ruang Hampa, 12082010
..kala segala..

..berupa titik-titik tanpa makna..



~photoshoot by Pratiwi Setyaningrum~
..love this pic so much..

Tuesday, February 21, 2012

JALAN SURGA DI BALIK KELAM


Pelacur tua itu terlihat hitam kusam 
Tubuhnya penuh debu dan kotoran 
Baunya menohok indera penciuman 
Terseok berjalan di kegelapan malam 

Seorang diri melangkah tanpa henti 
Tak acuh pada mulut-mulut usil yang mengiringi 
Bajupun tlah sobek di sana-sini 
Rambutnya kusut tak pernah tersisir 
Mata dipenuhi air yang mengalir 
Dengan hidung penuh lendir 

Ada koreng di sekujur tubuhnya 
Luka menganga tersebar di mana-mana 
Darah mengucur dari dada yang terlihat makin lurus 
Tak terbendung walau coba ditutup dan dibungkus 

Stempel rusak ada di dahinya 
Identitas hina terkalung di lehernya 
Tak ada yang mau mendekat 
Jarak sejengkalpun orang masih jengah menatap lekat 

Seekor anjing penuh kudis mengendus-endus 
Lidahnya terjulur karena haus 

Sang pelacurpun segera membuka tas kumalnya 
Keluarkan sebotol air dari sana 
Kucurkan isinya lalu beri minum pelepas dahaga 
Bagi si anjing yang punya najis serupa dirinya 

Setengah putus asa 
Dari mulutnya merintih ia berkata : 
"Tuhan.. Inikah jalanku menuju surga..??" 



Kelapa Dua, 18 Desember 2009 
..karena hanya hati yang dibawa mati..
..dan kasih-Mu tak bersyarat serta selalu mengampuni..


~ disadur dari kisah Maria Magdalena ~

Monday, February 20, 2012

KITA


Kita bukan tak wajar 
Hanya berbeda dari awam 
Bukan juga salah dari yang benar 
Walau tak semua orang bisa paham 

 Kita bagai butiran mutiara 
Di antara bebatuan mulia
Tak biasa 
Di antara yang istimewa
Terlahir dari air mata tiram
Di balik cangkang kini kita terbenam

 Dan kita bagai khatulistiwa 
Perpaduan dari Kutub Selatan dan Utara 
Kan menyatu sempurna 
Jika kita memang menginginkannya


  ..when I realize we have a chemistry in mind..
..just hold the patience of beautiful contentment..
..n' we'll see..what happens..


~dedicated for all survivors in the darkness~

SAKAUW

~1~
Ku cari
Pengobat rinduku di laci
Di bawah bantalku
Di saku bajuku
Hhh.. Tak juga ketemu 

Meriangku mulai mengilu
Keringat dinginku mengucur
Menggigilku dalam sepiku

Bangsat kau..!!
Buatku tersiksa
Terbungkus nelangsa
Karna cinta
Yang kau gantung begitu saja


~2~
Ingin kucongkel mata itu
 Yang tak bisa lihat rembulan merindu
 Ingin kubekap mulut manis itu
 Agar tak berucap lagi kata beracun rasa madu

 Ingin kubelah dada itu
 Raup jantungnya
 Lalu kulumat dan kunyah sampai habis
 Biar yang bisa miliki hanya aku

 Ingin kukelotok kulit kepala itu
 Sehingga otak bebalnya bisa mencerna
 Bahwa ia telah memutilasi mimpi-mimpi
 Yang telanjur tertata rapi
 Menjadi irisan-irisan tanpa arti
 Yang akhirnya hanya pantas dibuang ke kali


..buat 1 setan belang yang kini entah ada di mana..

Thursday, February 16, 2012

MAWAR TERAKHIR


Mawar itu tinggal setangkai
Namun durinya masih tetap tajam
Siap lukai
Siapapun yang coba menggenggam


Seiring waktu
Kelopaknya berguguran satu persatu
Tinggalkan batang pelan mengerontang
Pada saatnya patah oleh angin yang menerjang



Mati..
Dalam sunyi..




Ruang Senyap, 17 Mei 2011

Wednesday, February 15, 2012

KEAKUAN


Hidup terkadang begitu terkutuk
Susah payah mencari bentuk
Tapi masih saja terlihat begitu buruk

Lebih baik apa adanya
Usah direkayasa
Terserah saja jika tak terima

Karena hidup tak perlu topeng
Hanya untuk menutupi bopeng
Kebusukan dikerudungi agar disangka mentereng

Bila untuk selembar pengakuan
Yang menjadi tujuan
Itulah awal dari kematian


Pink Room, 16 September 2010
..love the way I am..

Monday, February 13, 2012

PERCAKAPAN IBU DAN ANAKNYA



..persembahan untuk cinta paling tulus yang pernah ada..
..karena kasih sayang diberi tanpa harus mengenal hari..

Suatu malam, langit bersih tak berawan. Bintang bersinar terang, berkelap-kelip seakan berkejaran. Seorang ibu dan anaknya tengadah, menatap keluasan alam. 
Si ibupun berkata pada anaknya, 
"Nak, berbuatlah baik selalu.. Agar kau nanti suatu saat bisa terbang ke surga yang ada di balik langit ke tujuh." 
Sang anak bermanja di pangkuan ibunya, sambil menjawab, 
"Tak perlu jauh-jauh mencari surga, ibu.. Karena aku begitu dekat dengannya, di telapak kakimu.." 
Si ibupun tercenung, berpikir.. Pantaskah kakinya yang tlah kotor menapaki jalan-jalan penuh lumpur menyimpan surga di dalamnya. 

Suatu senja, menjelang petang. Kala langit memerah jingga, menunggu malam datang. 
Sembari menonton televisi, yang diwarnai gosip-gosip murahan. Rebah, sang anak menyandarkan kepala di dada ibunya. Dada yang dulu pernah mengalirkan air susu bagi dirinya, hingga bisa tumbuh besar dan berakal. 
Si ibu bertanya pada anaknya, 
"Nak, jika kau mendengar ada orang-orang yang berkata buruk tentang ibu.. Malukah kau mempunyai ibu sepertiku..??" 
Sang anak menjawab, sambil memeluk erat,
"Perkataan buruk itu hanya akan melintas sesaat, ibu.. Itulah kehidupan, yang akan terus berjalan. Namun kau akan tetap jadi ibuku, yang tak akan pernah tergantikan.." 
Tak terasa air matapun meleleh dari sudut mata perempuan paruh baya itu. Menyadari tulusnya cinta yang dikirimkan Tuhan untuknya. 

Teringat si ibu akan sebuah masa kelabu. Saat tinggal di sebuah rumah petak sederhana dengan kamar mandi tak berpintu, dan yang menjadi teman hanyalah bayi mungil yang tertidur di balik kelambu. Di mana kala nafas terasa sesak oleh himpitan beban yang menderu, hadiah dari surga itulah yang selalu ia dekap sembari tersedu. 
Lirih, ia sering berkata, 
"Jangan pernah tinggalkan ibu ya nak.." 
Belasan tahun kemudian.
Sambil terduduk, ditatapnya bayi mungil yang kini tlah berubah menjadi pangeran tampan. 
Bertanya ibu kepada anaknya, 
"Nak, mungkinkah ibu akan kehilangan engkau..??" 
Sang anakpun menjawab, seraya bersimpuh dan mencium tangan si ibu, 
"Tidak, ibu.. Selama aku hidup, aku akan selalu menjaga ibu.."


Ruang Sunyi, 4 November 2010
..bahagianya menjadi seorang perempuan..
..mempunyai rahim yang menjadi sifat Tuhan..


~pernah dibacakan di panggung Sastra Reboan ~
~bulan Desember 2010 ~


tampil bersama putriku Kiara diiringi petikan gitar Alex Yoan
Kiara juga membacakan puisi karyanya sendiri
yang dihadiahkan untuk mamanya di Hari Ibu
ditutup dengan menyanyikan lagu Ibu - Iwan Fals

Gambar atas diambil dari SINI

DI BATAS SENJA


Jingga
Semburat langit sore ini
Matahari masih perlihatkan sedikit rona
Sebelum terbenam di pelukan malam sunyi

Benderang kini masih terbentang
Tanda kesempatan masih digelar
Adakah kau kan menunggu hingga terpalang
Saat ruhmu tlah sampai di ujung leher sebelum kau menggelepar..??

Tak ada jaminan
Kau terbangun dari tidurmu esok hari
Masihkah ingin kau berkeras hati
Menyimpan banyak keraguan atas apa yang tlah Ia janjikan..??


Ruang Sunyi, 15 Oktober 2010
..di perenungan sebuah kejadian tepat setahun lalu..

Sunday, February 12, 2012

SANG PETUALANG


Tataplah wajah duniawi
Yang berseri pantulkan sinar mentari pagi
Jelajahi kelok jalan keajaiban
Menguntit kemesraan yang kau inginkan

Dakilah seribu gunung-gunung nan menjulang
Nikmati pemandangannya yang indah
Rasakan sejuk dan dinginnya hawa
Sibak kabut yang tutupi puncaknya
Susuri lebatnya belantara
Turuni jurang-jurang curam yang pacu adrenalinmu
Hingga kau bermandi peluh
Jika itu bisa membuatmu senang
Bila itu jadikanmu merasa menang

Puaskan segala dahaga
Akan petualangan dan pencarian semu
Yang menyaru dalam keelokan romansa
Dari peperangan yang tiada henti kan siksa batinmu

Saat di ujung kelelahan
Dan kau terkapar merindu sarang
Ku tunggu kau di sini
Di separuh hati
Yang menanti kau tautkan
Karena separuhnya lagi tlah kau simpan


Gambar diambil dari SINI

Saturday, February 11, 2012

WHEN ENOUGH IS ENOUGH


Ada masa harus terus berlari
Mengejar mimpi hingga sampai pada tepi
Ada masa harus berhenti
Merasa cukup atas apa yang telah diberi

Dan bersamamu
Sempurnalah keperempuananku
Utuh
Tak lagi hanya separuh

..menunggu akhir cerita..

RINDU YANG MEMBUNUH


Darah mendidih
Otak bergolak
Emosi serasa ingin meledak
Terpicu perih

Salju pun takkan mampu
Dinginkan kalbu
Yang terbakar cemburu
Pendam peluru rindu
Siap kutembakkan tepat ke jantungmu


Kamar Ungu, 1 Juni 2010

Wednesday, February 8, 2012

ANGKA-ANGKA


Bagai kunang-kunang, angka-angka itu berputar di kepala. Sesaat kemudian menjelma menjadi sebuah pita film horor yang mencekam, ditayangkan di sebuah goa bawah tanah dan nantinya akan menjadi liang kubur bagi yang tidak kuat mencernanya. Membuat giris. Penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian. Aaaargh..., muak rasanya melihat dunia seperti dijajah olehnya...


Mengapa angka-angka itu harus diciptakan, Tuhan…?? Jika angka-angka itu hanya memancing perpecahan dan keserakahan…?? Manusia menjadi sibuk karenanya, lupa akan nurani hanya untuk memperebutkan angka-angka itu. Seperti serigala-serigala lapar yang liurnya sampai menetes melihat mangsa dan kemudian saling jegal sana-sini agar bisa mendapatkan bagian yang lebih banyak dari yang lainnya. Ada yang kemudian bahkan saling bunuh. Tak kenal lagi saudara atau pertalian darah. Bahkan rasapun pada akhirnya terkotori oleh angka-angka yang kerjanya hanya mengacaukan otak saja. Cinta, bisa hilang ternodai oleh niat buruk karenanya. Hubungan baik rusak dan hancur gara-gara yang satu ingin mengangkangi aset yang digitnya lebih besar daripada yang lainnya, sehingga pihak yang satu lagi merasa ada ketidakadilan dan menjadi emosi lalu membawanya ke meja hijau, seperti anak kecil yang berteriak-teriak berebut sepotong kue. Ada yang hendak bunuh diri karena putus asa saldo di rekeningnya nol sementara tanggungan angka-angka yang harus dibayarkan membuat kepala serasa terjengkang ke belakang. Lalu perempuan-perempuanpun banyak yang menjadi tuan bagi suami-suami yang kerja rodi siang malam, setelah itu diperlakukan bagai sapi perah agar menghasilkan pundi-pundi angka bagi kesenangan dirinya sendiri, tanpa mau peduli si sapi makan apa hari itu, apakah cukup gizinya dan bagaimana kesehatannya. Gila..., tidak adakah yang melintas di kepala selain itu...?? Untuk berbuat baik dan bertegur sapa saja sebagian orang masih mempertimbangkan angka-angka ini. Menguntungkan atau tidak. Bukan lagi mempertimbangkan silaturahmi.

Hahaaa... Sekarangpun aku sedang tertawa terbahak-bahak. Melihat beberapa orang sedang bertengkar hebat di depan sana. Pemandangan yang sungguh kocak. Sebuah keluarga yang asyik memperdebatkan masalah warisan. Pembagian yang tidak rata dan dirasa tidak adil oleh salah satu pihak. Sementara di satu sudut ada seorang perempuan yang sedang menangis tersedu-sedu karena hasil hitung-hitungannya salah letak sehingga mengalami defisit yang sangat parah dan menimbulkan hutang setinggi gunung, tanpa tahu lagi harus membayarnya dengan apa. Belum habis tertawaku, tiba-tiba telepon genggamku berdering. Suara seorang sahabatku yang terisak, menceritakan kekesalannya karena saat liburanpun suaminya tak henti-hentinya mengeluarkan kalkulator untuk menghitung angka-angka yang mereka keluarkan, sehingga kebahagiaan yang ia bayangkan setelah sekian tahun perkawinan tanpa sekalipun rekreasi dari awal mereka bersama, menjadi buyar karena yang ada mereka akhirnya justru memindahkan arena pertarungan mulut yang biasanya ada di kamar mereka ke sebuah bungalow di salah satu kawasan wisata. Sungguh sebuah kenyataan yang menggelikan sekaligus mengenaskan, saat aku sadar bahwa angka-angka yang harusnya bisa menjadi air kehidupan justru berubah menjadi api yang siap memberangus diri hingga habis tak bersisa. Menjadi seonggok debu yang kemudian lenyap tersapu badai.

Dan akupun tiba-tiba termangu. Teringat kondisiku sendiri. Kucari tasku, mengambil dompet dan mengintip isinya. Senyumku pun mengembang. Lumayanlah, sampai beberapa hari ke depan aku tak perlu risau oleh angka-angka itu, sehingga akupun kembali merasa aman. Terima kasih, Tuhan... Paling tidak, aku bersyukur kepalaku tidak harus meledak hari ini karena terlalu penuh memusingkan angka-angka itu.



..andai saja angka-angka itu tidak pernah ada..



Gambar diambil dari SINI

Tuesday, February 7, 2012

BALADA SANG ANGIN


Sesuka hati datang dan menghilang
Kadang membuai mendayu pelan
Lain waktu berhembus kencang
Bagai topan

Tak hirau
Terkadang ada butiran-butiran pasir yang terbawa
Kemudian teronggok berserakan mengotori suatu tempat
Di mana seharusnya tempat itu tersapu bersih tanpa noda
Tinggalkan endapan debu

Pergi kembali Sang Angin
Dari satu tempat ke tempat lain
Menebar suka maupun bencana
Lalu kembali singgah ke tempat yang sama pada suatu masa
Berdesir membelai memanjakan
Membawa damai dan tenang

Hingga tak lama kemudian berubah kembali
Menjadi puting beliung meluluhlantakkan segala yang ada
Mencabuti pohon-pohon dari akarnya
Hempaskannya kembali ke muka bumi
Lalu meninggalkannya begitu saja

Tak ada kata sesal
Tak ada rasa yang tertinggal
Tak peduli sisakan gamang
Berlalu tanpa penjelasan
Terus dan terus berulang
Hingga entah kapan


Kamar Ungu, 4 Desember 2010
..menikmati semilirnya yang menggelitik rasa..

KARENA YANG KUMAU HANYALAH KEINDAHAN


Kau dan aku ada untuk sejiwa

Namun bukan untuk bersama
Sebab kita tlah ada dalam penjara
Hanya bisa keluar main sebentar lalu kembali ke selnya

Tak ingin mencabutmu dari akar
Hanya ingin sekejap nikmati harumnya bunga
Hirup dalam-dalam wanginya
Hingga batin terasa segar

Bawa kembali segudang cinta
Di tempat yang seharusnya
Karena kuingin kau jadi suplemen penambah kekuatan
Bukan toksin yang bisa merusak badan

Jadilah keindahan
Bukan pembawa kegundahan


Kamar Ungu, 4 April 2011


- dipentaskan di panggung KPSI edisi Februari 2012 -

photoshoot by Vitae


dengan gitaris KPSI, Abe DF
photoshoot by Raka Mahendra


video bisa dilihat DI SINI
disunting oleh Pratiwi Setyaningrum