Sunday, February 26, 2012

BERAKHIR DI JOGJA


Di kaki Merapi 
Kubayangkan semua berujung 
Berbalur hawa sejuk dingin 
Dengan kau sebagai penghangatku 

Dan di sanalah, sayang..
Kita kan terkubur dalam satu lubang 


 ..lebur dalam khayal..
..di tengah kantuk yang tak kunjung datang..

Friday, February 24, 2012

KALA RAGA TERPISAH


Tak pernah kupandang kasat dirimu
Menerawang dalam dimensi semu

Tak bisa kusentuh
Tak bisa kudekap
Tak bisa kucium
Namun meraga sukma

Menyusup auraku sinkron auramu
Melukis lekuk tubuhku di tempurung benakmu
Memahat paras tegasmu hiasi relief imajiku
Biar jasad tak mungkin berpadu

Suatu waktu
Jika reinkarnasi berlaku
Bilakah kita kan menyatu
Di sebuah melodrama yang berpihak padaku


Kamar Ungu, 17 Juli 2010

Wednesday, February 22, 2012

LENYAP DALAM SENYAP

Biarkan lenyap
Bersama kepulan asap
Segala harap
Yang dipaksa terbekap
Tertelan senyap


Ruang Hampa, 12082010
..kala segala..

..berupa titik-titik tanpa makna..



~photoshoot by Pratiwi Setyaningrum~
..love this pic so much..

Tuesday, February 21, 2012

JALAN SURGA DI BALIK KELAM


Pelacur tua itu terlihat hitam kusam 
Tubuhnya penuh debu dan kotoran 
Baunya menohok indera penciuman 
Terseok berjalan di kegelapan malam 

Seorang diri melangkah tanpa henti 
Tak acuh pada mulut-mulut usil yang mengiringi 
Bajupun tlah sobek di sana-sini 
Rambutnya kusut tak pernah tersisir 
Mata dipenuhi air yang mengalir 
Dengan hidung penuh lendir 

Ada koreng di sekujur tubuhnya 
Luka menganga tersebar di mana-mana 
Darah mengucur dari dada yang terlihat makin lurus 
Tak terbendung walau coba ditutup dan dibungkus 

Stempel rusak ada di dahinya 
Identitas hina terkalung di lehernya 
Tak ada yang mau mendekat 
Jarak sejengkalpun orang masih jengah menatap lekat 

Seekor anjing penuh kudis mengendus-endus 
Lidahnya terjulur karena haus 

Sang pelacurpun segera membuka tas kumalnya 
Keluarkan sebotol air dari sana 
Kucurkan isinya lalu beri minum pelepas dahaga 
Bagi si anjing yang punya najis serupa dirinya 

Setengah putus asa 
Dari mulutnya merintih ia berkata : 
"Tuhan.. Inikah jalanku menuju surga..??" 



Kelapa Dua, 18 Desember 2009 
..karena hanya hati yang dibawa mati..
..dan kasih-Mu tak bersyarat serta selalu mengampuni..


~ disadur dari kisah Maria Magdalena ~

Monday, February 20, 2012

KITA


Kita bukan tak wajar 
Hanya berbeda dari awam 
Bukan juga salah dari yang benar 
Walau tak semua orang bisa paham 

 Kita bagai butiran mutiara 
Di antara bebatuan mulia
Tak biasa 
Di antara yang istimewa
Terlahir dari air mata tiram
Di balik cangkang kini kita terbenam

 Dan kita bagai khatulistiwa 
Perpaduan dari Kutub Selatan dan Utara 
Kan menyatu sempurna 
Jika kita memang menginginkannya


  ..when I realize we have a chemistry in mind..
..just hold the patience of beautiful contentment..
..n' we'll see..what happens..


~dedicated for all survivors in the darkness~

SAKAUW

~1~
Ku cari
Pengobat rinduku di laci
Di bawah bantalku
Di saku bajuku
Hhh.. Tak juga ketemu 

Meriangku mulai mengilu
Keringat dinginku mengucur
Menggigilku dalam sepiku

Bangsat kau..!!
Buatku tersiksa
Terbungkus nelangsa
Karna cinta
Yang kau gantung begitu saja


~2~
Ingin kucongkel mata itu
 Yang tak bisa lihat rembulan merindu
 Ingin kubekap mulut manis itu
 Agar tak berucap lagi kata beracun rasa madu

 Ingin kubelah dada itu
 Raup jantungnya
 Lalu kulumat dan kunyah sampai habis
 Biar yang bisa miliki hanya aku

 Ingin kukelotok kulit kepala itu
 Sehingga otak bebalnya bisa mencerna
 Bahwa ia telah memutilasi mimpi-mimpi
 Yang telanjur tertata rapi
 Menjadi irisan-irisan tanpa arti
 Yang akhirnya hanya pantas dibuang ke kali


..buat 1 setan belang yang kini entah ada di mana..

Thursday, February 16, 2012

MAWAR TERAKHIR


Mawar itu tinggal setangkai
Namun durinya masih tetap tajam
Siap lukai
Siapapun yang coba menggenggam


Seiring waktu
Kelopaknya berguguran satu persatu
Tinggalkan batang pelan mengerontang
Pada saatnya patah oleh angin yang menerjang



Mati..
Dalam sunyi..




Ruang Senyap, 17 Mei 2011

Wednesday, February 15, 2012

KEAKUAN


Hidup terkadang begitu terkutuk
Susah payah mencari bentuk
Tapi masih saja terlihat begitu buruk

Lebih baik apa adanya
Usah direkayasa
Terserah saja jika tak terima

Karena hidup tak perlu topeng
Hanya untuk menutupi bopeng
Kebusukan dikerudungi agar disangka mentereng

Bila untuk selembar pengakuan
Yang menjadi tujuan
Itulah awal dari kematian


Pink Room, 16 September 2010
..love the way I am..

Monday, February 13, 2012

PERCAKAPAN IBU DAN ANAKNYA



..persembahan untuk cinta paling tulus yang pernah ada..
..karena kasih sayang diberi tanpa harus mengenal hari..

Suatu malam, langit bersih tak berawan. Bintang bersinar terang, berkelap-kelip seakan berkejaran. Seorang ibu dan anaknya tengadah, menatap keluasan alam. 
Si ibupun berkata pada anaknya, 
"Nak, berbuatlah baik selalu.. Agar kau nanti suatu saat bisa terbang ke surga yang ada di balik langit ke tujuh." 
Sang anak bermanja di pangkuan ibunya, sambil menjawab, 
"Tak perlu jauh-jauh mencari surga, ibu.. Karena aku begitu dekat dengannya, di telapak kakimu.." 
Si ibupun tercenung, berpikir.. Pantaskah kakinya yang tlah kotor menapaki jalan-jalan penuh lumpur menyimpan surga di dalamnya. 

Suatu senja, menjelang petang. Kala langit memerah jingga, menunggu malam datang. 
Sembari menonton televisi, yang diwarnai gosip-gosip murahan. Rebah, sang anak menyandarkan kepala di dada ibunya. Dada yang dulu pernah mengalirkan air susu bagi dirinya, hingga bisa tumbuh besar dan berakal. 
Si ibu bertanya pada anaknya, 
"Nak, jika kau mendengar ada orang-orang yang berkata buruk tentang ibu.. Malukah kau mempunyai ibu sepertiku..??" 
Sang anak menjawab, sambil memeluk erat,
"Perkataan buruk itu hanya akan melintas sesaat, ibu.. Itulah kehidupan, yang akan terus berjalan. Namun kau akan tetap jadi ibuku, yang tak akan pernah tergantikan.." 
Tak terasa air matapun meleleh dari sudut mata perempuan paruh baya itu. Menyadari tulusnya cinta yang dikirimkan Tuhan untuknya. 

Teringat si ibu akan sebuah masa kelabu. Saat tinggal di sebuah rumah petak sederhana dengan kamar mandi tak berpintu, dan yang menjadi teman hanyalah bayi mungil yang tertidur di balik kelambu. Di mana kala nafas terasa sesak oleh himpitan beban yang menderu, hadiah dari surga itulah yang selalu ia dekap sembari tersedu. 
Lirih, ia sering berkata, 
"Jangan pernah tinggalkan ibu ya nak.." 
Belasan tahun kemudian.
Sambil terduduk, ditatapnya bayi mungil yang kini tlah berubah menjadi pangeran tampan. 
Bertanya ibu kepada anaknya, 
"Nak, mungkinkah ibu akan kehilangan engkau..??" 
Sang anakpun menjawab, seraya bersimpuh dan mencium tangan si ibu, 
"Tidak, ibu.. Selama aku hidup, aku akan selalu menjaga ibu.."


Ruang Sunyi, 4 November 2010
..bahagianya menjadi seorang perempuan..
..mempunyai rahim yang menjadi sifat Tuhan..


~pernah dibacakan di panggung Sastra Reboan ~
~bulan Desember 2010 ~


tampil bersama putriku Kiara diiringi petikan gitar Alex Yoan
Kiara juga membacakan puisi karyanya sendiri
yang dihadiahkan untuk mamanya di Hari Ibu
ditutup dengan menyanyikan lagu Ibu - Iwan Fals

Gambar atas diambil dari SINI

DI BATAS SENJA


Jingga
Semburat langit sore ini
Matahari masih perlihatkan sedikit rona
Sebelum terbenam di pelukan malam sunyi

Benderang kini masih terbentang
Tanda kesempatan masih digelar
Adakah kau kan menunggu hingga terpalang
Saat ruhmu tlah sampai di ujung leher sebelum kau menggelepar..??

Tak ada jaminan
Kau terbangun dari tidurmu esok hari
Masihkah ingin kau berkeras hati
Menyimpan banyak keraguan atas apa yang tlah Ia janjikan..??


Ruang Sunyi, 15 Oktober 2010
..di perenungan sebuah kejadian tepat setahun lalu..

Sunday, February 12, 2012

SANG PETUALANG


Tataplah wajah duniawi
Yang berseri pantulkan sinar mentari pagi
Jelajahi kelok jalan keajaiban
Menguntit kemesraan yang kau inginkan

Dakilah seribu gunung-gunung nan menjulang
Nikmati pemandangannya yang indah
Rasakan sejuk dan dinginnya hawa
Sibak kabut yang tutupi puncaknya
Susuri lebatnya belantara
Turuni jurang-jurang curam yang pacu adrenalinmu
Hingga kau bermandi peluh
Jika itu bisa membuatmu senang
Bila itu jadikanmu merasa menang

Puaskan segala dahaga
Akan petualangan dan pencarian semu
Yang menyaru dalam keelokan romansa
Dari peperangan yang tiada henti kan siksa batinmu

Saat di ujung kelelahan
Dan kau terkapar merindu sarang
Ku tunggu kau di sini
Di separuh hati
Yang menanti kau tautkan
Karena separuhnya lagi tlah kau simpan


Gambar diambil dari SINI

Saturday, February 11, 2012

WHEN ENOUGH IS ENOUGH


Ada masa harus terus berlari
Mengejar mimpi hingga sampai pada tepi
Ada masa harus berhenti
Merasa cukup atas apa yang telah diberi

Dan bersamamu
Sempurnalah keperempuananku
Utuh
Tak lagi hanya separuh

..menunggu akhir cerita..

RINDU YANG MEMBUNUH


Darah mendidih
Otak bergolak
Emosi serasa ingin meledak
Terpicu perih

Salju pun takkan mampu
Dinginkan kalbu
Yang terbakar cemburu
Pendam peluru rindu
Siap kutembakkan tepat ke jantungmu


Kamar Ungu, 1 Juni 2010

Wednesday, February 8, 2012

ANGKA-ANGKA


Bagai kunang-kunang, angka-angka itu berputar di kepala. Sesaat kemudian menjelma menjadi sebuah pita film horor yang mencekam, ditayangkan di sebuah goa bawah tanah dan nantinya akan menjadi liang kubur bagi yang tidak kuat mencernanya. Membuat giris. Penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian. Aaaargh..., muak rasanya melihat dunia seperti dijajah olehnya...


Mengapa angka-angka itu harus diciptakan, Tuhan…?? Jika angka-angka itu hanya memancing perpecahan dan keserakahan…?? Manusia menjadi sibuk karenanya, lupa akan nurani hanya untuk memperebutkan angka-angka itu. Seperti serigala-serigala lapar yang liurnya sampai menetes melihat mangsa dan kemudian saling jegal sana-sini agar bisa mendapatkan bagian yang lebih banyak dari yang lainnya. Ada yang kemudian bahkan saling bunuh. Tak kenal lagi saudara atau pertalian darah. Bahkan rasapun pada akhirnya terkotori oleh angka-angka yang kerjanya hanya mengacaukan otak saja. Cinta, bisa hilang ternodai oleh niat buruk karenanya. Hubungan baik rusak dan hancur gara-gara yang satu ingin mengangkangi aset yang digitnya lebih besar daripada yang lainnya, sehingga pihak yang satu lagi merasa ada ketidakadilan dan menjadi emosi lalu membawanya ke meja hijau, seperti anak kecil yang berteriak-teriak berebut sepotong kue. Ada yang hendak bunuh diri karena putus asa saldo di rekeningnya nol sementara tanggungan angka-angka yang harus dibayarkan membuat kepala serasa terjengkang ke belakang. Lalu perempuan-perempuanpun banyak yang menjadi tuan bagi suami-suami yang kerja rodi siang malam, setelah itu diperlakukan bagai sapi perah agar menghasilkan pundi-pundi angka bagi kesenangan dirinya sendiri, tanpa mau peduli si sapi makan apa hari itu, apakah cukup gizinya dan bagaimana kesehatannya. Gila..., tidak adakah yang melintas di kepala selain itu...?? Untuk berbuat baik dan bertegur sapa saja sebagian orang masih mempertimbangkan angka-angka ini. Menguntungkan atau tidak. Bukan lagi mempertimbangkan silaturahmi.

Hahaaa... Sekarangpun aku sedang tertawa terbahak-bahak. Melihat beberapa orang sedang bertengkar hebat di depan sana. Pemandangan yang sungguh kocak. Sebuah keluarga yang asyik memperdebatkan masalah warisan. Pembagian yang tidak rata dan dirasa tidak adil oleh salah satu pihak. Sementara di satu sudut ada seorang perempuan yang sedang menangis tersedu-sedu karena hasil hitung-hitungannya salah letak sehingga mengalami defisit yang sangat parah dan menimbulkan hutang setinggi gunung, tanpa tahu lagi harus membayarnya dengan apa. Belum habis tertawaku, tiba-tiba telepon genggamku berdering. Suara seorang sahabatku yang terisak, menceritakan kekesalannya karena saat liburanpun suaminya tak henti-hentinya mengeluarkan kalkulator untuk menghitung angka-angka yang mereka keluarkan, sehingga kebahagiaan yang ia bayangkan setelah sekian tahun perkawinan tanpa sekalipun rekreasi dari awal mereka bersama, menjadi buyar karena yang ada mereka akhirnya justru memindahkan arena pertarungan mulut yang biasanya ada di kamar mereka ke sebuah bungalow di salah satu kawasan wisata. Sungguh sebuah kenyataan yang menggelikan sekaligus mengenaskan, saat aku sadar bahwa angka-angka yang harusnya bisa menjadi air kehidupan justru berubah menjadi api yang siap memberangus diri hingga habis tak bersisa. Menjadi seonggok debu yang kemudian lenyap tersapu badai.

Dan akupun tiba-tiba termangu. Teringat kondisiku sendiri. Kucari tasku, mengambil dompet dan mengintip isinya. Senyumku pun mengembang. Lumayanlah, sampai beberapa hari ke depan aku tak perlu risau oleh angka-angka itu, sehingga akupun kembali merasa aman. Terima kasih, Tuhan... Paling tidak, aku bersyukur kepalaku tidak harus meledak hari ini karena terlalu penuh memusingkan angka-angka itu.



..andai saja angka-angka itu tidak pernah ada..



Gambar diambil dari SINI

Tuesday, February 7, 2012

BALADA SANG ANGIN


Sesuka hati datang dan menghilang
Kadang membuai mendayu pelan
Lain waktu berhembus kencang
Bagai topan

Tak hirau
Terkadang ada butiran-butiran pasir yang terbawa
Kemudian teronggok berserakan mengotori suatu tempat
Di mana seharusnya tempat itu tersapu bersih tanpa noda
Tinggalkan endapan debu

Pergi kembali Sang Angin
Dari satu tempat ke tempat lain
Menebar suka maupun bencana
Lalu kembali singgah ke tempat yang sama pada suatu masa
Berdesir membelai memanjakan
Membawa damai dan tenang

Hingga tak lama kemudian berubah kembali
Menjadi puting beliung meluluhlantakkan segala yang ada
Mencabuti pohon-pohon dari akarnya
Hempaskannya kembali ke muka bumi
Lalu meninggalkannya begitu saja

Tak ada kata sesal
Tak ada rasa yang tertinggal
Tak peduli sisakan gamang
Berlalu tanpa penjelasan
Terus dan terus berulang
Hingga entah kapan


Kamar Ungu, 4 Desember 2010
..menikmati semilirnya yang menggelitik rasa..

KARENA YANG KUMAU HANYALAH KEINDAHAN


Kau dan aku ada untuk sejiwa

Namun bukan untuk bersama
Sebab kita tlah ada dalam penjara
Hanya bisa keluar main sebentar lalu kembali ke selnya

Tak ingin mencabutmu dari akar
Hanya ingin sekejap nikmati harumnya bunga
Hirup dalam-dalam wanginya
Hingga batin terasa segar

Bawa kembali segudang cinta
Di tempat yang seharusnya
Karena kuingin kau jadi suplemen penambah kekuatan
Bukan toksin yang bisa merusak badan

Jadilah keindahan
Bukan pembawa kegundahan


Kamar Ungu, 4 April 2011


- dipentaskan di panggung KPSI edisi Februari 2012 -

photoshoot by Vitae


dengan gitaris KPSI, Abe DF
photoshoot by Raka Mahendra


video bisa dilihat DI SINI
disunting oleh Pratiwi Setyaningrum